Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif
(cooperative learning) pertama kali
dikemukakan oleh Elliot Arison et al.,
selanjutnya pembelajaran kooperatif dikembangkan oleh Robert Slavin et al. Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan salah
satu bentuk model pembelajaran yang berorientasi faham konstruktivisme.
Davidson & Kroll (dalam Hobri, 2009:47)
menyatakan bahwa belajar kooperatif adalah kegiatan yang berlangsung dalam
lingkungan belajar sehingga siswa dalam kelompok kecil saling berbagi ide-ide
atau bekerja sama untuk menyelesaikan tugas akademik. Sementara itu menurut Lie
(dalam Wena,
2011:189) pembelajaran kooperatif adalah sistem pembelajaran yang memberi
kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam
tugas-tugas yang terstruktur, dan dalam sistem ini guru bertindak sebagai
fasilitator.
Berdasarkan
pendapat
di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan cara belajar
dengan cara berkelompok yang memiliki tata cara atau aturan-aturan tertentu
yang menuntut kerjasama antar siswa. Pada dasarnya dalam pembelajaran
kooperatif, siswa dibagi dalam kelompok-kelompok belajar yang di dalamnya siswa
harus berinteraksi atau bekerja sama satu sama lain untuk mencapai tujuan
belajar.
Karakteristik Pembelajaran
Kooperatif
Slavin (dalam Hobri,
2009:47) menyatakan bahwa dalam pembelajaran kooperatif siswa belajar dalam
kelompok kecil yang bersifat heterogen dari sisi gender, etnis, dan kemampuan
akademik untuk saling membantu satu sama lain dalam mencapai tujuan belajar.
Dengan pembelajaran ini siswa belajar menerima perbedaan dan memahami
karakteristik anggota kelompoknya yang berbeda latar belakang.
Menurut Jarolimek dan
Parker (dalam Isjoni, 2012:65) alasan pembentukan kelompok yang heterogen
adalah pertama, kelompok heterogen memberikan kesempatan untuk saling mengajar
(peer tutoring) dan saling mendukung.
Kedua, kelompok ini meningkatkan relasi dan interaksi antar agama, etnik, dan
gender. Terakhir, kelompok heterogen memudahkan pengelolaan kelas karena adanya
satu orang yang berkemampuan akademis tinggi, guru mendapatkan satu asisten
untuk setiap kelompok.
Hakikatnya
pembelajaran kooperatif (cooperative
learning) sama dengan belajar secara berkelompok, sehingga banyak anggapan yang menyatakan
bahwa pembelajaran kooperatif (cooperative
learning) sama dengan belajar kelompok. Bennet (dalam Isjoni, 2012:41)
menyatakan bahwa tidak semua belajar kelompok dapat dikatakan pembelajaran
kooperatif. Menurutnya ada lima karakteristik utama yang membedakan
pembelajaran kooperatif dengan belajar kelompok antara lain: a) positive interdevence (hubungan timbal
balik), b) interaction face to face (interaksi antar siswa), c) tanggung jawab
pribadi dalam anggota kelompok, d) membutuhkan keluwesan, dan e) adanya proses
kelompok.
Kelebihan dan Kekurangan
Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran
kooperatif mempunyai beberapa kelebihan dan kekurangan. Kelebihan pembelajaran
kooperatif menurut Hill and Hill (dalam Hobri, 2009:49) adalah sebagai berikut:
a.
meningkatkan prestasi siswa;
b.
memperdalam pemahaman siswa;
c.
menyenangkan siswa;
d.
mengembangkan sikap kepemimpinan;
e.
mengembangkan sikap positif siswa;
f.
mengembangkan sikap menghargai diri
sendiri;
g.
membuat belajar secara inklusif;
h.
mengembangkan rasa saling mememiliki;
i.
mengembangkan
keterampilan masa depan.
Selanjutnya Jarolimek &
Parker (dalam Isjoni, 2012:24), mengatakan ada lima keunggulan yang diperoleh dalam pembelajaran
kooperatif antara lain
sebagai berikut:
a. saling
ketergantungan yang positif,
b. adanya
pengakuan dalam merespon perbedaan individu,
c. siswa
dilibatkan dalam perencanaan dan pengelolaan kelas,
d. suasana
kelas yang rileks dan menyenangkan,
e. terjalinya
hubungan yang hangat dan bersahabat antara siswa dengan guru, dan
f. memiliki
banyak kesempatan untuk mengekpresikan pengalaman emosi yang menyenangkan.
Berdasarkan
kedua pendapat tokoh tersebut dapat dinyatakan bahwa pembelajaran kooperatif
dapat mengembangkan tingkah laku kooperatif (berkelompok), mengembangkan
hubungan baik antarsiswa, dan dapat mengembangkan kemampuan akademis siswa.
Selain mempunyai
kelebihan, pembelajaran kooperatif juga mempunyai kelemahan. Kelemahan
pembelajaran kooperatif menurut Dess (dalam Hobri, 2009:52-53) adalah sebagai
berikut:
a. membutuhkan
waktu yang lama bagi siswa, sehingga sulit untuk mencapai target kurikulum;
b. membutuhkan
waktu ynag lama bagi guru sehingga kebanyakan guru tidak mau menggunakan
strategi pemebelajaran kooperatif;
c. membutuhkan
keterampilan khusus guru sehingga tidak semua guru dapat melakukan atau
menggunakan strategi pembelajaran kooperatif;
d. menuntut
sifat tertentu dari siswa, misalnya sifat suka bekerja sama.
Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads
Together (NHT)
Pembelajaran Kooperatif
tipe numbered heads together (NHT)
atau penomeran berpikir bersama adalah jenis pembelajaran kooperatif yang
dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa sebagai alternatif terhadap
struktur kelas tradisional (Trianto, 2011:62). Model pembelajaran ini pertama
kali dikembangkan oleh Spencer Kagan pada tahun 1993. Pembelajaran kooperatif
tipe numbered heads together (NHT)
merupakan salah satu variasi dari pembelajaran kooperatif. Pembelajaran ini
mempunyai karakterik utama yaitu guru menunjuk satu siswa untuk mewakili
kelompok, sebelumnya guru tidak memberi tahu siapa yang akan mewakili kelompok
(Anggraini, 2012:21).
Menurut Ibrahim (dalam Hobri
2009:62) ada empat langkah yang harus dilaksanakan dalam pembelajaran kooperatif
tipe numbered heads together (NHT)
yaitu (a) penomoran, (b) pengajuan pertanyaan, (c) berpikir bersama, dan (d)
pemberian jawaban. Namun dari keempat langkah tersebut dapat dikembangkan
menjadi enam langkah sesuai dengan kondisi dan kebutuhan. Keenam langkah
tersebut dapat dilihat dalam tabel 2.1.
Tabel
2.1 Langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered
Heads Together (NHT)
Langkah
|
Indikator
|
Aktivitas Guru
|
Langkah
1
|
Persiapan
|
Guru
menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja Siswa (LKS)
yang sesuai dengan pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT).
|
Langkah
2
|
Penomoran
(Numbering)
|
Guru
membagi siswa menjadi beberapa kelompok, kemudian membagikan nomer kepada
setiap siswa dalam kelompok.
|
Langkah
3
|
Pertanyaan
(Questioning) dan Berpikir Bersama
(Heads together)
|
Guru
membagikan pertanyaan berupa Lembar Kerja Siswa (LKS) kepada setiap kelompok.
Kemudian masing-masing kelompok diminta untuk mendiskusikan pertanyaan
tersebut secara bersama-sama.
|
Langkah
4
|
Pemberian
Jawaban (Answering)
|
Guru
mengundi nomer kemudian menyebutkan
satu nomer dari siswa dalam setiap kelompok untuk menyelesaikan
pertanyaan yang ada di LKS.
|
Langkah
5
|
Kesimpulan
|
Guru
memberikan kesimpulan atas semua pertanyaan yang telah dikerjakan oleh siswa.
|
Langkah
6
|
Penghargaan
|
Guru
memberikan penghargaan kepada kelompok yang terbaik berupa kata-kata pujian
maupun tepuk tangan.
|
Daftar Pustaka
Hobri.
2009. Model-model Pembelajaran Inovatif. Jember: FKIP, Universitas
Jember.
Isjoni.
2012. Cooperative Learning. Bandung: Alfabeta.
Trianto. 2011. Model-model
Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: PT. Prestasi
Pustaka Publisher.
Wena,
Made. 2011. Strategi Pembelajaran Inovatif
Konteporer. Jakarta: PT Bumi Aksara.
0 komentar: